Category Archives: Tausiyah

Doa sewaktu Duduk diantara Dua Sujud

by deddy kurniawan

Rabbighfirlii (Tuhanku, ampuni aku)…. diamlah sejenak, buka dada dan diri untuk menerima ampunan dari Allah seperti membuka diri ketika merasakan hembusan angin sepoi-sepoi atau menerima curahan air hujan ketika masih kecil ….. Kemudian sampaikanlah permintaan kedua …….

Warhamni (sayangi aku)…. diam dan tundukkanlah diri untuk menerima kasih-sayang Allah yang tak terhitung besarnya …. bukalah dada seluas-luasnya agar semakin banyak kasih-sayang Allah yang kita terima…. Ulanglah beberapa kali hingga kita merasa cukup, sampaikanlah permintaan2 berikut dengan cara sebagaimana tersebut di atas, satu-persatu……

Wajburnii (tutuplah aib-aibku)…..

Warfa’nii (angkatlah derajatku)……

Warzuqnii (berilah aku rezeki)……

Wahdinii (berilah aku petunjuk)……

Wa’Aafinii (sehatkan aku)……

Wa’fuannii (maafkan aku) …

Setelah selesai, diamlah sejenak, lalu sampaikan rasa syukur.

Betapa besarnya nilai sebuah doa ini.
Selamat menikmati sholat kita yang di dalamnya terdapat doa2. Semoga Allah mengabulkannya.. Amin ..

Penggunaan masya Allah dan subhanallah yang sering terbalik

Berikut ini kultweet Ust @salimafillah

tentang ”SubhanaLlah” & ”MasyaaLlah”.

Al Quran menuturkan; SubhanaLlah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. “Maha Suci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan, dll.”

Ayat-ayat berkomposisi ini sangatlah banyak. Juga, SubhanaLlah digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik (QS 34: 40-41), dihinakannya Allah tersebab kita (QS 12: 108) dll.

Bukankah ada juga pe-Maha Suci-an Allah dalam hal menakjubkan? Uniknya, Al Quran menuturnya dengan kata ganti kedua (QS 3: 191), atau kata ganti ketiga yang tak langsung menyebut asma Allah (QS 17: 1 dll).

Sedangkan ia juga terpakai pada; me-Maha Suci-kan Allah dalam menyaksikan bencana & mengakui kezhaliman diri (QS 68: 29), menolak fitnah keji yang menimpa saudara (QS 24: 16). Bagaimana Hadits-nya?

“Kami apabila berjalan naik membaca takbir, & apabila berjalan turun membaca tasbih.” (HR Al Bukhari, dari Jabir).

Jadi “SubhanaLlah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab

secara umum; yakni menggunakannya tuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantasAllah SWT dilekatkan padanya.

Adalah Gurunda @kupinang (Moh. Fauzil Adhim) yang pernah memiliki pengalaman memuji seorang Gurunda lain nan asli Arab dengan “SubhanaLlah”, kemudian mendapat jawaban tak dinyana.“AstaghfiruLlahal ‘Adhim; ‘afwn Ustadz; kalau ada yang bathil dalam diri & ucapan ana; tolong segera Ant luruskan!”, kira-kira demikian.

Bagaiamana simpulannya? Dzikir tasbih secara umum adalah utama, sebab ia dzikir semua makhluq & tertempat di waktu utama pagi & petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakan ia sebagai pe-Maha Suci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagunganNya.

Bagaimana dengan “MasyaaLlah”?

QS 18: 39 memberi contoh; ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah; kebun, anak, harta. Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah; kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan, harta yang banyak. Lengkapnya; “MasyaaLlah la quwwata illa biLlah”, kalimat ke-2 menegaskan lagi; tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah.

Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab; mereka mengucapkan “MasyaaLlah” pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan.

Demikianlah pengalaman menghadiri acara Masyaikh; & membersamai beberapa yang empat ke Jogokariyan; dari Saudi, Kuwait, Syam, & Yaman.

Di antara mereka ada yang berkata, “MasyaaLlah” nyaris tanpa henti, kala di Air Terjun Tawangmangu, Bonbin Gembiraloka, & Gunung Merapi.

Simpulannya; “MasyaaLlah” adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah; dan memang hal indah itu dicinta & dikehendaki oleh Allah. Demi ketepatan makna keagunganNya & menghindari kesalahfahaman; mari biasakan mengucap “SubhanaLlah” & ”MasyaaLlah” seperti seharusnya.

Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli insyaaLlah lebih tepat & bermakna. Tercontoh; orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki. Misalnya dengan kalimat; “Allahu yahdik!”. Arti harfiahnya; ”Semoga Allah memberi hidayah padamu!” Bagus bukan? Tetapi untuk diketahui; makna kiasan dari “Allahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!” ;D

Jadi, mari belajar tanpa henti & tak usah memaki 😉

Getar Hati Para Pemimpi

by Ust Salim A Fillah

Ia pemuda biasa. Lahir dari keluarga miskin lagi pengungsi. Ia bermimpi untuk melawan kedzaliman yang mencakar koyak wajah bumi para Nabi, tanah kelahirannya, sejak pertengahan abad lalu. Suatu hari masih dalam sengatan mimpinya, ia bersama teman-temannya membuat sebuah acara kemah ketangkasan di pantai Gaza. Dan dari sanalah kisah menakjubkan itu dimulai.

Di akhir acara mereka berlomba, mereka saling adu ketahanan. Siapa bisa melakukan head stand, berdiri dengan kepala dalam jangka waktu terlama, dialah sang pemenang. Sang pemenang berhak digendong bergantian selama perjalanan pulang.

Tiap menit, satu demi satu peserta menyerah. Lalu tinggallah dia sendiri, pemuda itu. Dia masih terus bertumpu di atas kepalanya bahkan sampai beberapa jam kemudian! Gila! Teman-temannya berseru-seru.Tapi ia tak beranjak. Wajahnya dicobakan untuk tetap tersenyum. Hingga pada satu titik waktu, ia tak tahan lagi. Serasa ada yang meledak di kepalanya. Lalu ia jatuh. Sayangnya saat mencoba bangkit, ia limbung. Ia jatuh lagi. Dan kakinya sulit digerakkan, bahkan serasa tak mampu menahan berat tubuhnya. Hari itu, usianya baru enam belas tahun. Dan perkenalkan, nama pemuda itu adalah. AHMAD YASSIN.

Ia lumpuh di usia remajanya. Tapi mimpinya tidak ikut lumpuh. Mimpi itu tetap menyala. Bahkan kian berkobar. Dengan kelumpuhannya, ia memilih untuk menjadi guru agama Islam di sebuah sekolah dasar. Dan karena mimpi-mimpinya yang menjulang, murid-muridnya tersengat. Konon, tiap kali ia mengajarkan sesuatu, murid-muridnya bak kerasukan. Mereka begitu bersemangat mengamalkan apa yang dikatakannya.

Suatu hari, disinggungnya tentang shalat malam. Maka paginya, para wali murid memprotes pihak sekolah karena anak-anak mereka jadi begadang semalaman menantikan sepertiga malam terakhir untuk shalat. Suatu hari, disinggungnya pula tentang puasa sunnah. Maka para orangtua pun kelabakan karena hari-hari berikutnya anak-anak mereka yang masih kecil memboikot sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa. Padahal musim panas begitu dahsyat dengan siang panjang bermandikan matahari.

Duhai, kekuatan apakah itu, yang ada pada guru lumpuh itu? Itulah kekuatan jiwa. Begitu kokohnya ia hingga jasad yang rapuh itu bagaikan matahari, bersinar meledakkan. Bertahun-tahun dia di penjara Israel, sampai manusiau pun bertanya apa bahayanya orangtua yang lumpuh penyakitan ini?

Inilah lelaki yang ditakuti Israel. Bukan yang seperti Rambo. Bukan yang badannya sekekar Ade Rai. Hanya seorang lelaki lumpuh berkursi roda yang bicaranya pun terbata-bata. Suaranya juga kecil hampir kehabisan bunyi. Tapi kekuatan jiwanya itulah, jiwa yang dipenuhi mimpi, keyakinan pada janji Ilahi, membuatnya begitu perkasa, begitu berwibawa di hadapan jutaan pasukan bersenjata lengkap berkendara lapis baja. Perkenankanlah, namanya AHMAD YASSIN.

Saat langit berwarna merah saga
dan kerikil perkasa berlarian
meluncur laksana puluhan peluru
terbang bersama teriakan takbir
-Shoutul Harokah : Merah Saga-

Mimpi adalah bagian terindah dan terendah dari Visi. Jika hendak menaikannya satu aras,jadikanlah ia cita-cita. Bagaimana caranya? Sematkan saja sebuah tanggal padanya. Karena cita-cita adalah mimpi yang bertanggal.

Seorang pemimpi hanya bisa di hadapi oleh pemimpi yg lain. Maka protagonis kisah Hertzl dan Zionisme-nya adalah Ahmad Yassin dan Hamas-nya. Sampai saat ini,mimpi Ahmad Yassin dan Hamas tetap menegakkan bulu roma hingga tawa para zionis tak terlalu menganga. Ahmad Yassin telah syahid, dan kini semoga kita menjadi bagian dari penyambung mimpinya utk memancung tempat tumbuhnya bulu roma kezhaliman.

Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok, Kata Hasan AlBanna. Dijalan cinta para pejuang mungkin kita terjaga sebelum mimpi kita selesai. Dan tugas kitalah utk segera bangun,bangkit menyelesaikannya di alam nyata..

Dikutip dari “Jalan Cinta Para Pejuang” – Salim A. Fillah